Setelah resign, ia memang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Mulai dari mengasuh dan merawat anak-anak, memasak, hingga membersihkan rumah. Selain itu, demi eksistensi diri, ia juga berbisnis sendiri walau dari rumah. Nah untuk urusan yang satu ini, ia memang berniat untuk berbisnis sendiri di rumah setelah resign karena memang rumah tangganya masih membutuhkan tambahan pemasukan diluar gaji suaminya, akan tetapi ia juga pernah mengatakan kepada suaminya untuk tetap mau bekerja walaupun dari rumah, walaupun jika rumah tangganya tidak memerlukan pendapatan tambahan lagi, ya itu demi eksistensi diri itu tadi.
Ia membuka toko online untuk bisnisnya. Ia mempelajari bagaimana caranya agar toko onlinenya ramai pengunjung, diikuti satu demi satu step-stepnya. Akan tetapi ada satu syarat dari step itu yang belum bisa ia penuhi, yaitu konsistensi. Step-step tersebut harus diulang-ulang terus hari demi hari agar toko online terpromosi dengan baik, sehingga banyak pengunjung yang mampir ke tokonya.
Akan tetapi ia adalah tipe menusia yang kurang sabar. Ia berpikir, "Ah, ga ngaruh juga nih stepnya, udah dikerjain 3 hari, tapi kok tetep aja toko sepi pengunjung, duh mesti diapain lagi ya...." Di lain waktu, ia berpikir untuk mengganti jenis bisnisnya, "Ah mungkin udah banyak kali yang jualan baju online, jadi susah banget njualnya...".
Setiap pagi, ia mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangganya, yaitu membersihkan rumah. Jika tidak karena anak-anaknya yang masih balita tidak suka membuat berantakan dan kotor rumahnya, tentunya tidak setiap hari ia membersihkan rumahnya :). Tapi ada yang lain pagi ini, pagi ini, sambil menyapu rumahnya, ia merenung, ia merasa tersindir oleh seorang penjual sapu yang lewat tiap pagi di depan rumahnya.
Tiap pagi si penjual sapu tersebut lewat didepan rumahnya untuk menjajakan dagangannya. Padahal jalanan depan rumahnya buntu, dan hanya terdiri dari beberapa rumah, akan tetapi si penjual sapu tetap saja meneriakkan dagangannya tiap pagi. Ia berpikir, "apa si penjual sapu itu nggak mikir ya, tiap hari lewat sini, engga ada yang beli, kalaupun misalnya ada yang beli 1, tapi kan engga tiap hari kita ganti sapu, engga tiap sebulan sekali juga... kenapa juga dia engga lewat tiap sebulan atau 2 bulan sekali, biar ga capek, hemat tenaga...". Dia merenung dan akhirnya menyadari arti dari konsistensi.
Si penjual sapu, bukannya tidak sadar jika orang tidak setiap hari membeli sapu tapi tetap saja beliau menjajakan dagangannya. Beliau bersikap konsisten. Karena beliau diajarkan untuk mencari nafkah untuk keluarganya yang halal, untuk ACT not just THINK. Beliau sadar bahwa dengan hanya berusaha dengan sungguh-sungguh, memberikan yang terbaik, menurut pengetahuan beliau, Allah, SWT akan menurunkan karunia-Nya, Rezki-Nya, Berkah-Nya.
catatan kaki:
Tambahlan pengetahuan kita, bekerjalah dengan sebaik-baik menurut pengetahuan kita, konsisten tanpa berpikir dari mana Allah akan memberikan karunia-Nya, percayalah Allah tidak akan meninggalkan umatnya yang berusaha mencari rejeki halal dan berdoa.
cheers,
Feni
YM/Email: fenikusumawahdini@yahoo.com
Twitter: @fenisaputro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar